Jalan-Jalan Di Cilacap

Setelah seminar "School of Tourism Ambassador," saya bersama teman-teman peserta dan para pembicara makan malam bareng di sebuah rumah makan. Lalu, kami menyempatkan pergi ke alun-alun Cilacap.

Saya bersama bli Rona kebetulan nginap di rumah mas Toni (Juara 3 Mas Duta Wisata Cilacap). Setelah sampai di rumah mas Toni, sebenarnya kami tidak langsung tidur. Malahan kami keasyikan ngobrol hingga jam 1 pagi. Tak apalah, kapan lagi coba bisa ngobrol bareng dengan teman-teman yang bakal jarang dikunjungin. Hehe.

Nah, berikut adalah tempat yang saya kunjungin selama di Cilacap!

Alun-Alun Cilacap


Ternyata, alun-alun Cilacap pada malam minggu sangat ramai. Selain itu, mulai jam enam sore sampai jam sepuluh malam diberlakukan CFD (Car Free Day) di alun-alun sehingga masyarakat Cilacap tumpah ruah disana. Pedagang-pedagang juga banyak berjualan disana. Dari mulai tukang jualan mainan, aksesoris, hingga makanan. 


Disana, saya sempat mencicipi salah satu makanan khas dari Cilacap yaitu tempe mendoan. Tempe mendoan di Cilacap sangat berbeda rasanya dengan yang saya beli di kampus saya. Di Cilacap, tempenya lebih gurih tepungnya dan rasanya lebih kuat. Memang tidak bisa dipungkiri, tempe mendoan di Cilacap memang jauh lebih enak.

Setelah berkeliling dan mencoba beberapa makanan di alun-alun, kami berfoto bersama dan kemudian balik untuk beristirahat. Karena, besok kita akan melakukan trip yang sesungguhnya!

Pantai Kalipat

Keesokan harinya, hujan deras menyambut kami di Cilacap. Rencana awal mau berangkat pagi untuk trip menjadi terhambat. Disaat saperti ini, semua hanya bisa menunggu agar hujan cepat reda. Namun kenyataanya, hujan malah semakin deras.

Karena waktu yang mepet, kami sempat mengubah rencana perjalanan. Dari yang awalnya ke Pantai Kalipat menjadi ke pantai yang jaraknya dekat. Namun, ternyata pantai tersebut sudah dijadikan cagar alam, sehingga tidak boleh ada aktivitas apapun. Sehingga, kami memutuskan untuk tetap pergi ke Pantai Kalipat. 

Untuk sampai ke Pantai Kalipat ini, kita harus menembus atau melewati hutan Nusakambangan terlebih dahulu dengan cara berjalan kaki selama kurang lebih 1,5 jam dari pemberhentian kapal yang ada di Karang Tengah.

Semua dari kami belum pernah ada yang pernah datang ke Pantai Kalipat. Jadi, kami membayar pemandu lokal untuk memandu trekking agar tidak tersesat.

Baru dua menit trekking, hujan deras kembali melanda kami. Hujan yang sangat deras membuat jalur trekking menjadi sangat licin. Dari yang harusnya hanya 1,5 jam trekking, menjadi 2 jam trekking. Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa.

Selama perjalanan, saya jalan bareng dengan Mas Toni, Rona, dan Risna. Sesekali, saya iseng bertanya ke Mas Toni kapan akan sampai.

"Mas, kira-kira kapan sampainya ya?"
"Bentar lagi"
"Berapa menit lagi ya?"
"Bentar lagi mas kayaknya. Soalnya udah kedengeran suara ombak"

1,5 jam kemudian, ternyata kami belum sampai.

Saya, Risna, dan Rona hujan-hujanan di Nusakambangan

Medan trekking semakin berat. Jalan yang naik turun disertai tanah yang licin menjadi tantangan. Orang-orang yang balik dari Pantai Kalipat menyarankan kami agar hati-hati karena sebelum sampai ke pantai ada turunan yang sangat curam.

Kami semua berjalan dengan pelan-pelan dan saling menolong satu sama lain. Dua jam selama berjalan merupakan perjalanan yang sangat mendebarkan bagi saya.

"AKHIRNYAAAA!"

Saya teriak sedikit untuk mengungkapkan perasaan ketika sampai di Pantai Kalipat ini. Suguhan suara ombak, langit biru serta laut yang biru seakan-akan menghapuskan rasa capek yang ada. Saya duduk sekitaran lima menit di salah satu batu karang serta mengambil beberapa foto yang ada.

Terimakasih mas Toni atas fotonya!

Pantai Kalipat masih sepi pengunjungnya dan benar-benar bersih. Disana, hanya terdapat satu warung kecil dan satu toilet yang terbuat dari bambu tanpa atap. Pantai ini memang belum terjamah oleh banyak orang dan benar-benar belum dikelola dengan baik oleh pemerintah.

Hanya sekitar 30 menit kami menikmati suasana di Pantai Kalipat. Cuaca juga mulai mendung serta keterbatasan waktu yang kami miliki menjadi salah satu alasannya. Saya harus berada di stasiun kereta Maos jam empat sore. Sedangkan beberapa pembicara juga sudah ada yang memesan tiket travel dan kereta juga pada jam enam sore.

Sebelum trekking untuk pulang, kami berfoto bersama di Pantai Kalipat. Perjalanan terbaik bersama orang-orang terbaik.

Peserta School of Tourism Ambassador bersama dengan pembicara
Sampai di rumah Mas Toni, saya langsung beres-beres dan ganti baju. Lalu, saya diantar oleh Mas Toni dengan menggunakan sepeda motor miliknya ke Stasiun Maos yang jaraknya kira-kira 25 km dari pusat Cilacap.

Sesampainya di stasiun, saya langsung mencetak tiket di salah satu mesin di sudut stasiun. Kemudian, saya menunggu di peron hingga tiga menit kemudian kereta datang. Saya masuk ke kereta dan segera duduk di bagian pinggir jendela. Disaat kereta mulai berjalan, disitulah akhir dari perjalanan saya di Cilacap ini.

Terimakasih para pembicara: Bli Adi, Bang Jevon, Kak Maya, dan Mbak Elita.
Terimakasih Paguyuban Mas dan Mbak Cilacap atas sambutan hangatnya dan trip yang berkesan.
Terimakasih Mas Toni yang rumahnya udah mau ditumpangin dan udah mau nganterin saya ke Stasiun.

No comments:

Post a Comment