Sudah satu bulan lebih.
Semua ada waktunya.
Dari dulu sebenarnya dia sudah sering membicarakan tentang si cowok itu.
Akunya aja yg terlalu percaya.
Terlalu memaklumi.
Aku memang gak sempurna, banyak kekurangan, masih harus banyak belajar.
Mungkin karena kondisi juga, di saat kamu selalu membicarakan tentang si cowok itu, yang dia selalu mengantar jemput. Hal yang paling membekas, ketika kamu cerita si cowok itu nanyain kamu udah pulang apa belum ketika kamu lagi nunggu hujan reda di supermarket. Kemudian kamu bilang aku kurang effort ke kamu. Yang selalu ada untuk kamu bukan aku. Tapi kamu harus tau, semua yang kurencanakan, tujuannya adalah untuk kamu.
Candaan kamu lama kelamaan bisa aku maklumi.
Karena memakluminya, sakit yang aku rasakan sangat membekas.
Membekas karena candaan kamu akan terjadi.
Dan aku baru tau, kamu sebenarnya memang udah nge-cut aku dari Januari.
Ketika kamu nantangin si cowok itu untuk langsung bilang ke mama kamu.
Sebenarnya ketika kamu bilang gitu ke si cowok, aku udah gabisa ngapa2in lagi. Pada saat itu aku gatau kamu ada pembicaraan itu ke si cowok. Patokan ku hanya deadline yg kamu buat. Yang awalnya Juni, kemudian kamu percepat menjadi April. Aku mengiyakan itu.
Maka, deadline yang kamu buat menjadi sia-sia...
Masa depan.
Dengan si cowok itu kamu melihat masa depan.
Apakah aku terlihat tidak seperti punya masa depan?
Jawabannya ada di aku.
Aku akan membuat masa depanku sendiri.
No comments:
Post a Comment