Pengalaman Menonton Pertandingan di Asian Games dan Asian Paragames 2018

Tahun 2018 saya rasa merupakan tahunnya Indonesia. Bagaimana tidak, dua acara besar sekelas Asia akan dilaksanakan di negeri ini. Perhelatan Asian Games 2018 dan Asian Paragames 2018 merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu bagi masyarakat Indonesia. Terbukti dengan antusiasme sewaktu opening ceremony Asian Games 2018 yang begitu menyita perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia. Beruntungnya, saya memiliki kesempatan untuk meramaikan kedua acara tersebut. 


1. Asian Games 2018

Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah dari ajang olahraga terbesar se-Asia adalah tahun 1962, yaitu 56 tahun yang lalu, ketika keberadaan saya belum diketahui, bahkan mama saya belum lahir ketika event tersebut berlangsung. Asian Games 2018 dimulai pada tanggal 18 Agustus 2018 dan berakhir 2 September 2018. Namun, ada beberapa cabang olahraga yang sudah mulai duluan sebelum tanggal 18 Agustus, seperti sepak bola.

Hal yang paling membuat saya tertarik menonton perhelatan Asian Games 2018 ini adalah dari cabang olahraga sepak bola-nya. Jadilah saya mengajak teman semasa kuliah saya, Dewi untuk menonton salah satu pertandingan sepak bola Asian Games 2018. Saya menonton pertandingan antara Indonesia U-23 vs Hongkong U-23. Pertandingan tersebut dilaksanakan di Stadion Patriot Candrabaga Bekasi.

Untuk mendapatkan tiket pertandingan tersebut, saya rela subuh-subuh pergi ke Bekasi naik KRL. Sebenarnya tiket bisa dibeli secara online, namun ketika Dewi memberi kepastian mau menonton juga, server tiket online sudah ditutup. Sesampainya di Bekasi, saya mengantri di loket tiket yang sudah mengular panjang (padahal waktu itu hari kerja). Dengan sabar menunggu 2,5 jam, akhirnya saya mendapatkan dua tiket pertandingan cabang sepak bola Asian Games 2018 antara Indonesia U-23 vs Hongkong U-23 yeey!


Pertandingan baru dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB. Selama menunggu hingga pukul 19.00 WIB, saya hanya keliling mall di Bekasi. Saya baru bertemu Dewi pada pukul 18.30 WIB, waktu yang sangat mepet untuk masuk stadion. Untungnya pada saat kami masuk masih ada tempat duduk yang kosong dan strategis.



Pada pertandingan tersebut, Indonesia menang dengan skor 3-1. Biasanya kalau saya nonton langsung di stadion, tim yang saya dukung selalu kalah. Mungkin kali ini menang karena ada faktor kehadiran teman saya, Dewi yang juga ikut menonton :))

Stadion Patriot Candrabaga Bekasi
Selain pertandingan Indonesia U-23 vs Hongkong U-23, saya juga menonton pertandingan babak 16 besar yaitu antara Indonesia U-23 vs Uni Emirat Arab (UEA) U-23. Pertandingan ini berlangsung di Stadion Wibawa Mukti Cikarang. Namun, pada pertandingan itu Indonesia harus mengakui keunggulan dari tim UEA U-23 setelah kalah lewat adu pinalti. Pertandingan tersebut merupakan salah satu pertandingan favorit saya, soalnya Indonesia sempat menyamakan kedudukan di akhir-akhir babak kedua setelah ketinggalan 2-1. Tapi apalah daya, pemain UEA U-23 lebih beruntung. Mereka juga jago dalam berakting di lapangan, sehingga wasit selalu memihak kepada mereka. Mungkin salah satu alasan Indonesia kalah karena Dewi tidak nonton di pertandingan ini. #DewiFortuna

Stadion Wibawa Mukti, tempat berlangsungnya pertandingan Indonesia U-23 vs UEA U-23
Saya juga sempat menonton babak 8 besar cabang olahraga voli putra antara Indonesia vs Korea Selatan bersama Dewi di Tennis Indoor Senayan GBK. Untuk mendapatkan tiket tersebut, saya harus memantau situs blibli dan me-refresh halaman web-nya secara berkala hingga ratusan kali. Untuk mendapatkan tiket cabang olahraga voli memang butuh perjuangan, karena voli merupakan salah satu olahraga favorit di Asian Games 2018.


Tim Voli Putra Indonesia harus mengakui keunggulan dari tim voli putra Korea Selatan dengan skor 3-0. Kekuatan oppa-oppa Korea memang lebih unggul dibandingkan mas-mas Indonesia. Anehnya, walaupun Korea Selatan musuh kita di pertandingan ini, selesai pertandingan, banyak cewek-cewek yang turun dari tribun menuju ke tempat para atlet Korea Selatan lewat. Bukannya malah menyemangatin atlet Indonesia yang baru saja kalah, eh ini malah minta salaman sama atlet Korea. Awalnya kami pun mau turun ke bawah (tentunya karena permintaan Dewi, bukan saya), namun dalam hitungan detik tempat tersebut sudah dipenuhi oleh cewek-cewek generasi rahim hangat.


Malam harinya, kami datang ke Asian Festival yang berada di komplek GBK. Disini terdapat tiga zona yang dinamai sesuai dengan maskot Asian Games 2018, yaitu zona Atung, Bhin-Bhin, dan Kaka. Masing-masing zona memiliki booth yang berbeda-beda, ada tempat penjualan official merchandise, booth makanan, booth sponsor, dan di beberapa zona telah disiapkan layar besar untuk nonton bareng. Selama Asian Games berlangsung, Asian Festival selalu menghadirkan bintang tamu yang terkenal setiap malamnya. Pada malam itu, saya tidak berhasil mendapatkan boneka maskot Asian Games 2018. Untuk masuk ke booth official merchandise saja kami harus mengantri cukup lama. Boneka maskot Asian Games 2018 sangat laku dan ludes terjual setiap harinya. Kata kasirnya, untuk mendapatkan boneka maskotnya, kita harus mengantri di booth official merchandise sejak pagi karena permintaan yang tinggi dari masyarakat. Tapi untungnya saya berhasil membeli boneka Kaka dan Bhin Bhin dari teman abang saya yang kelebihan membeli bonekanya.

Kiri: Kaka, Kanan: Bhin Bhin

2. Asian Paragames 2018

Setelah sukses menyelenggarakan Asian Games 2018, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Paragames 2018 yang berlangsung dari tanggal 6-13 Oktober 2018. Perbedaan paling utama antara Asian Games dan Asian Paragames adalah dari kondisi para atlet yang bertanding. Di Asian Games, atlet yang fisiknya normal sedangkan Asian Paragames untuk atlet yang berkebutuhan khusus. Namun, kedua acara tersebut sama-sama besar dan bergengsi.

Saya menyempatkan hadir di kompleks GBK, tempat berlangsungnya Asian Paragames 2018. Ditemani oleh dua teman SMA saya, Dhinny dan Syara, kami menonton dua cabang olahraga yaitu weelchair basketball (basket kursi roda) dan badminton (bulutangkis). Berbeda dengan harga tiket Asian Games yang lumayan mahal dan bervariasi harganya di setiap cabang olahraga, harga tiket untuk menonton pertandingan di Asian Paragames terbilang sangat murah. Untuk menonton satu pertandingan cabang olahraga kita hanya membayar Rp. 25.000. Dengan menggunakan tiket terusan (bisa bebas masuk dan nonton semua cabang olahraga yang dipertandingkan dalam sehari), kita hanya membayar Rp. 100.000. Kami tidak membeli tiket terusan, karena kami memang hanya ingin nonton wheelchair Basketball dan bulutangkis.


Pertandingan pertama yang kami tonton adalah wheelchair basketball yang dilaksanakan di Hall Basket Senayan. Kami berjalan kaki menuju kesana dari pintu 5 GBK. Di dalam kompleks GBK sebenarnya sudah disediakan bus untuk mencapai ke lokasi-lokasi venue pertandingan. Namun, karena bus yang kami tunggu selalu penuh, kami memutuskan untuk berjalan kaki di terik matahari.

Ketika kami sampai di Hall Basket Senayan, pertandingan antara Indonesia vs Iran sudah dimulai. Skor tim Indonesia pada saat itu tertinggal jauh dengan tim Iran. Tak bisa dipungkiri juga, salah satu penyebabnya adalah tim wheelchair basketball baru dibentuk beberapa bulan yang lalu dan tim Indonesia perdana tampil di ajang Asian Paragames.


Pada pertadingan tersebut, tim indonesia harus mengakui keunggulan tim Iran dengan skor akhir 117-17. Skor yang cukup telak. Namun, perjuangan mereka patut diapresiasi. Saya melihat sendiri perjuangan mereka dalam bertanding. Jatuh bangun dari kursi roda kemudian teman yang lainnya membantu membangunkan. Mereka saling menyemangati. Saya yakin para pemain tim wheelchair basketball Indonesia bakal jauh lebih baik di Asian Paragames selanjutnya.

Selesai pertandingan wheelchair basketball Indonesia vs Iran, kami meninggalkan Hall Basket Senayan dan menuju ke area Asian Paragames Festival yang menyediakan beragam booth makanan.

Asian Paragames Festival
Setelah menyantap makanan, kami menuju ke Istora Senayan untuk menonton pertandingan badminton. Kami tidak langsung masuk ke Istora Senayan, malahan kami ikutan mengantri di photo booth 360 dulu. Jadi, di beberapa venue Asian Paragames, panitia menyediakan photo booth 360 dimana kamera-kamera akan memfoto kita dari berbagai sudut. Hasil dari foto tersebut akan berformat MP4 dan hasilnya akan segera dikirim ke ponsel kita.



Ini pertama kalinya saya memasuki Istora Senayan dan menonton pertandingan bulutangkis secara langsung. Yang paling saya senangi dari nonton bulutangkis adalah ketika penonton berteriak "EAAA EAA EAAA" dan "HABISIN! HABISIN!". Biasanya saya hanya mendengar teriakan tersebut dari televisi, sekarang saya bahkan bisa meneriakkannya secara langsung.

Penonton yang datang ke Istora Senayan untuk menyaksikan atlet bulutangkis Asian Paragames memang tidak sebanyak ketika Asian Games. Namun, pertandingan bulutangkis Asian Paragames sangat layak untuk ditonton menurut saya. Di cabang bulutangkis Asian Paragames 2018 ini, kategori bulutangkis paragames mirip dengan bulutangkis secara umum, dibagi menjadi kategori tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Perbedaannya adalah para pemain dibagi kelasnya berdasarkan jenis disabilitas yang disandang.

Secara umum, ada tiga kategori kelas dalam para-badminton paragames, yaitu atlet yang menggunakan kursi roda (WH, kependekan dari wheelchair) dan atlet yang berdiri atau biasa disingkat S (standing), dan atlet bertubuh pendek. Untuk lebih jelasnya kalian bisa mencari di google.

Dhinny dan Syara sudah pernah nonton bulutangkis di Istora Senayan sebelumnya, jadi saya belajar banyak untuk menjadi penonton bulutangkis. Seperti kita tidak boleh foto menggunakan flash, tidak boleh berdiri dibelakang pagar pembatas ketika pertandingan sedang berlangsung, dan tidak boleh teriak "hey tayo hey tayo" karena teriakan tersebut sudah terlalu mainstream.


Menurut saya, ada beberapa atlet badminton paragames yang kualitasnya bagus dan gak kalah dengan atlet badminton biasa. Namanya Surya. Smash, drop shot, serta bola lob nya bagus. Video diatas adalah cuplikan pertandingan Surya. Kalau saya pikir, jika Surya bertanding melawan atlet badminton biasa, mungkin surya bisa mengimbangi permainan walau hanya memiliki satu tangan yang aktif.

Selepas menonton bulutangkis, kami kembali menuju ke area Asian Paragames Festival untuk membeli official merchandise. Awalnya, saya berniat untuk membeli maskot boneka Asian Paragames 2018 yaitu Momo. Namun, karena harganya yang menurut saya tidak masuk akal -bahkan lebih mahal dari boneka maskot Asian Games 2018, saya tidak jadi beli.

Akhirnya Dhinny, Syara, dan saya meninggalkan kompleks GBK tanpa membeli merchandise apapun. Ya walaupun tidak membeli apa-apa, setidaknya kami sudah berkontribusi, mendukung, serta meramaikan acara ini bukan? Hehe

3 comments: