Malang Bersama Keluarga

Siang itu di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, saya sudah merasa lega. Tidak ada lagi kerempongan yang membuat perjalanan saya bersama keluarga ke Malang menjadi tidak asyik. Soalnya, sehari sebelum saya ke Malang, saya baru saja diwisuda pada sore harinya. Sedangkan Mama saya telah memesan tiket travel dari Bandung ke Jakarta pada pukul 8 malam. Kejadian hectic yang tidak akan pernah saya lupakan dimana saya harus mengangkat buket-buket bunga, bingkai, dan suvenir wisuda dari teman-teman dalam keadaan hujan, lalu saya harus packing dan menaruh barang-barang pemberian ini di rumah tante saya yang pada saat itu perjalanan menuju kesana sedang macet sekali. Belum lagi kami yang juga mengejar waktu di jalanan agar tidak terlambat datang ke pool travelnya.

Pukul 13.00 WIB, akhirnya pesawat kami boarding. Perjalanan ke Malang membutuhkan waktu selama 1 jam 30 menit. Selama perjalanan, tidak seperti biasanya, saya tidak bisa tidur. Akibatnya, selama satu setengah jam, saya hanya melihat awan-awan putih yang disinari oleh cahaya matahari dibelah oleh pesawat kami. Sesekali untuk menghilangkan rasa bosan, saya mengobrol dengan abang dan adik saya.

Perjalanan bersama keluarga merupakan salah satu yang sangat saya senangi. Jalan-jalan bersama keluarga membuat kami merasa semakin dekat. Rasanya, sudah lama sekali kami tidak liburan bersama-sama karena aktvitas masing-masing. Terakhir itu pada tahun 2011, ketika perjalanan ke Surabaya, Malang, dan Bali. Waktu itu pun tidak fullteam, karena abang saya sedang ada jadwal kuliah. Tahun 2009 merupakan tahun kami berlibur secara fullteam ketika melawat ke Pulau Dewata.

Sesampainya di Malang, kami langsung diantar menuju tempat-tempat wisata andalan. Berikut ini adalah tempat-tempat yang saya kunjungi bersama keluarga ketika liburan di Malang:

1. Gunung Bromo

Terletak kira-kira 53 kilometer dari Kota Malang, serta jalanan yang cukup terjal dan menanjak membuat perjalanan menuju ke Gunung Bromo menjadi berkesan. Kami yang baru sampai sore hari pada pukul 14.30 WIB di Malang, malamnya pada pukul 00.00 WIB sudah dibangunkan untuk segera bersiap-siap dan berangkat menuju Gunung Bromo.

Rute yang dilalui dari Malang menuju Gunung Bromo adalah Malang-Tumpangsari-Gubuklakah-Ngadas-Jemplang-Gunung Bromo. Perjalanan yang memakan waktu kira-kira 2,5 jam itu saya habiskan dengan tidur di dalam mobil Hardtop Land Cruiser keluaran Toyota. Selain karena tidak ada yang bisa dilihat diluar karena gelap, sinyal handphone pun tidak ada selama perjalanan menuju Bromo. Sekali-kali saya terbangun akibat jalan yang berbatu dan menanjak.

Untuk pergi ke Gunung Bromo, jangan lupa untuk memakai jaket tebal, sarung tangan, syal, kaos kaki hangat, serta sepatu yang kuat dan nyaman karena udara di sekitar Gunung Bromo yang sangat sangat dingin. Jika tidak mempunyai sarung tangan, kita bisa membelinya di pemberhentian pertama ataupun ketika telah sampai di daerah penanjakan. Sebenarnya, kupluk juga berguna untuk menghangatkan kepala. Namun, karena saya tidak mau dibilang mirip seperti abang-abang penawar villa di puncak Bogor, saya tidak memakainya. Saya merasa ganteng jika tidak memakainya.


Tempat wisata yang ada di sekitaran Gunung Bromo lumayan banyak. Ada tempat untuk melihat sunrise, pasir berbisik, kawah Gunung Bromo, serta bukit teletabis. 



Setelah puas menikmati keindahan alam yang ada di sekitar Gunung Bromo, akhirnya kami kembali ke Kota Malang pada pukul 11.00 WIB dan sampai di Kota Malang sekitar pukul 13.30 WIB. Ini merupakan salah satu tempat wisata favorit yang pernah saya kunjungi.

2. Paralayang

Paralayang ini terletak di Batu dan lamanya perjalanan sekitar 30 menit dari pusat Kota Batu. Sesuai dengan namanya, sebenarnya Paralayang ini merupakan tempat untuk melakukan olahraga paralayang yang ekstrem. Kami kesini bukan untuk bermain olahraga yang mengerikan ini. Hanya sekadar menikmati keindahan alam sekitar Kota Malang dan Kota Batu jika dilihat dari atas.


3. Kampung Warna-Warni Jodipan

Mas Yubi, supir kami selama di Malang mengatakan bahwa dahulu, kampung warna-warni Jodipan merupakan kawasan yang kumuh, kotor, dan tidak teratur. Kemudian, sebuah kelompok dari Universitas Muhammadiya Malang berinisiatif untuk mencat kampung ini agar terlihat lebih indah dan tidak terlihat kumuh. Ide mereka kemudian diterima oleh kepala kampung dan rumah-rumah disana dicat oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk TNI serta salah satu produsen cat di Malang.


Karena waktu yang tidak memungkinkan, kami sampai di Kampung Jodipan sudah malam. Keindahan kampung ini menjadi kurang terlihat. Walaupun begitu, kami tetap berfoto di kampung ini sebagai kenang-kenangan. Tapi coba deh lihat di google, kampung warna-warni Jodipan ini bagus kalau dilihat di siang hari. Banyak tempat-tempat yang bagus untuk dijadikan spot foto. Pokoknya gak kalah deh sama kampung warna-warni Desa Riomaggiore yang terletak di Italia.

4. Museum Angkut

Seusai dari Bromo serta dan Paralayang semalam, keesokan harinya adalah waktu kami untuk pulang meninggalkan Kota Malang. Mama, Abang,dan Papa saya akan menggunakan pesawat untuk ke Jakarta pada pagi harinya. Setelah sampai di Jakarta, Mama dan Papa saya akan melanjutkan penerbangan menuju Medan. Sedangkan abang saya akan tetap di Jakarta, karena emang kerjanya di Jakarta.

Hanya tinggal saya dan adik saya yang tersisa. Untuk pulang ke Bandung, kami tidak menggunakan pesawat, melainkan dengan menggunakan kereta api. Jadwal kereta menuju Bandung berangkat pada pukul 16.30 WIB. Itu artinya, kami masih ada waktu untuk mengunjungi tempat di Malang.

Kami memilih untuk pergi ke Museum Angkut. Disamping karena saya memang sudah menginginkan pergi kesini dari dulu, juga karena letak Museum Angkut yang masih di sekitaran Kota Batu dan tidak terlalu jauh untuk ke Stasiun Malang.


Sejauh mata memandang, koleksi-koleksi yang ada di Museum Angkut ini isinya kendaraan semua. Mulai dari kendaraan roda dua, tiga, empat, bahkan roda yang lebih dari empat. Koleksi-koleksi kendaraan yang ada disini banyak sekali dan rata-rata diimpor dari luar negeri. Tak heran harga tiket masuk Museum Angkut ini cukup mahal (waktu saya kesana bulan Mei kemarin harganya sekitar Rp 90.000).



Saya yang tidak maniak dengan otomotif melihat koleksi-koleksi yang ada di Museum Angkut terlihat sama saja. Padahal, mobil-mobil disana itu berbeda jenisnya dan tahunnya. Yah, namanya saya orang awam. Jadinya, saya hanya foto-foto dengan latar belakang mobil-mobil koleksi tanpa tahu jenis mobil dan tahun pembuatannya.
--=--

Siang kira-kira pukul 14.00 saya dan adik saya meninggalkan Museum Angkut. Literally, kami hanya berada disana selama 2,5 jam! Sungguh waktu yang sangat singkat untuk mengeksplor seluruh seluruh area yang ada di museum ini. Tapi, setidaknya rasa penasaran saya terhadap museum ini sudah tidak ada.

Tepat pada pukul 16.30 WIB, kereta kami menuju Bandung berangkat. Disaat itu pula saya menyadari bahwa liburan saya telah berakhir.

No comments:

Post a Comment