Kunjungan Akhir Tahun ke Museum Bank Indonesia

Tahun baruan kemana ya?

Pikiran saya waktu itu hanya satu: saya gamau tahun baru-an di Jatinangor lagi.
Tahun lalu, saya sudah merasakan tahun baru di Jatinangor. Begitu sepi, dingin, dan kelam. Alhasil, saya hanya browsing baca blog-blog punya orang menjelang tahun baru.

Jadi, saya memutuskan untuk tahun baruan di Jakarta, bersama abang saya. Saya dan adik saya berangkat menggunakan kereta api, karena tidak mau membusuk di jalan jika menggunakan bus akibat jembatan tol Cisomang yang bergeser. Bisa-bisa berada di jalan selama 14 jam.

Perjalanan kami dengan menggunakan kereta api pun agak terseok-seok. Mulai dari kehabisan tiket, hingga hampir telat ke stasiun. Namun, perjuangan itu telah saya lewati dengan satu tujuan: tidak mau tahun baruan di Jatinangor.

Kami sampai di Stasiun Gambir pukul 01.30 pagi. Lama perjalanan yang kami tempuh dari Stasiun Bandung ke Stasiun Gambir sekitar 3 jam. Setelah mengisi perut dengan restoran fast food yang masih buka di stasiun, kami pun langsung memesan taksi online menuju kosan abang saya yang berada di Jalan Sudirman.

Museum Bank Indonesia

Kelelahan membuat saya bangun pukul 11 pagi. Saya langsung bergegas mandi untuk tidak membuang-buang waktu di hari terakhir tahun ini. Sebenarnya kami tidak punya tujuan mau ke mana. Namun, setelah makan siang di Rumah Makan Sederhana (yang menjadi lebih sederhana karena abang saya yang bayar) kami memutuskan untuk pergi ke Museum Bank Indonesia yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta.

Perjalanan menuju ke museum lumayan macet. Wajar, di hari terakhir tahun 2016 pasti orang banyak ingin menghabiskan waktu keluar bersama keluarga. Sampai di Kota Tua, kami langsung menuju ke pintu masuk museum. Terlihat antrian panjang untuk bisa memasuki bangunan putih bergaya neo klasikal ini. Bahkan, untuk membeli tiket kedalam hanya boleh satu orang saja di setiap rombongan.

Abang saya yang sudah pernah ke museum ini yang akhirnya mengantri buat beli tiket di dalam. Kurang dari 5 menit, tiga tiket sudah ditangan dan kami sudah siap untuk menjelajah museum selama 1,5 jam sebelum museum tutup. Namun, tunggu dulu. Sebelum memasuki museum, kita akan diperiksa oleh satpam yang bertugas dengan menggunakan alat metal detector seperti layaknya memasuki mall-mall yang ada di Jakarta. Konon katanya, setiap band Metallica kesini, mereka akan terdeteksi oleh alat metal detector.

Ruangan pertama yang membuat saya kagum adalah diorama-diorama orang Belanda yang sedang bertransaksi. Entah apa yang mereka transaksikan. Muka mereka tidak seperti kasir Indomaret maupun Alfamart yang begitu ramah ketika menawarkan "pulsanya sekalian."

Ani, jangan tinggalkan aku!

Ruangan selanjutnya yang saya lalui berkisar tentang masa penjajahan hingga mencapai kemerdekaan. Ruangan disini sangat menarik dan informatif dengan berisikan gambar-gambar sejarah serta informasi perekonomian Indonesia dari masa ke masa. Tak lupa juga disini terdapat display baju pejuang kemerdekaan Indonesia, tentara Belanda, dan Jepang yang terdapat di lantai.

Baju pejuang kemerdekaan Indonesia

Baju tentara Belanda

Baju tentara Jepang

Ruangan-ruangan di museum Bank Indonesia ini memang dibagi-bagi beberapa periode. Mulai dari periode penjajahan hingga krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Saya sangat terkesima dengan display-display serta informasi yang terdapat di museum. Sampai-sampai, saya tidak sadar kalau ada pedang yang menancap di dada saya.


Di museum juga terdapat ruangan Numismatik, yaitu ruangan khusus yang menampilkan koleksi mata uang Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang baik uang kertas maupun logam. Lebih kerennya lagi, kita bisa melihat uang zaman dahulu tersebut secara detail dengan menggunakan kaca pembesar.

Uang yang disini difoto dengan menggunakan kaca pembesar yang telah tersedia
Sebenarnya, sangat menarik untuk dibaca informasi mengenai uang-uang yang terdapat di ruangan Numismatik ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu tujuan dagang dari berbagai macam negara yang ada di Benua Eropa dan Asia. Jadi, sejarah mengenai mata uang Indonesia mengalami masa yang cukup panjang untuk diketahui.

Waktu yang terbatas membuat kami keluar dari museum lebih cepat. Bahkan, kami tidak bisa menjelajah ke semua ruangan yang ada. Memang benar kata abang saya, kalau mau menjelajah museum tidak cukup hanya sekali. Karena, koleksi-koleksinya sangat banyak.

Di pintu keluar museum, terdapat papan yang bergambarkan beberapa pecahan uang rupiah yang kepala dari pahlawan tersebut sudah dibolongkan, sehingga kita bisa berfoto di kepala pahlawan tersebut. Yang menjadi pertanyaan saya sampai sekarang adalah: apakah foto saya di bawah ini termasuk dalam hal melecehkan pahlawan ataupun melecehkan mata uang rupiah?


Entahlah, saya tidak tahu. Kalau setelah kalian membaca postingan ini dan saya tidak buat postingan baru dalam satu bulan ke depan, artinya saya sudah ditangkap (biar punya alasan kalau sudah jarang posting :p)

Tepat pukul 16.00 WIB, terdengar suara bapak-bapak kira-kira berusia sekitar 40 tahunan dari speaker yang memberitahu pengunjung untuk segera meninggalkan museum. Satpam yang berada di museum terlihat sibuk untuk memeriksa segala ruangan yang ada agar tidak ada orang yang terkunci di museum. Saat itu, kami memang sedang berada di toilet. Satpam tersebut pun menunggu kami dari pintu luar toilet. So sweet sekali bapak satpam ini.

"Udah mau tutup ya pak?"
"Iya dek udah tutup. Ini kita lagi meriksa ulang, soalnya museum akan libur panjang" Pak Satpam tersebut kemudian mengunci toilet dan menggemboknya.

Sebelum meninggalkan museum, kami sempat naik ke atas lagi dan foto bersama sebagai tanda kami pergi kesini bersamaan.


Jika ada yang menanyakan ke saya apakah akan ke Museum Bank Indonesia lagi? Dengan tegas saya katakan: YA!

Tapi, sebelum saya kesana lagi, doakan saya segera sidang kolokium dan segera mendapatkan gelar SP ya!

---=---

Museum Bank Indonesia

Harga Tiket : Rp. 5000
Alamat : Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat, DKI Jakarta 11110
Buka :
Senin Tutup
Selasa 08.00–15.30
Rabu 08.00–15.30
Kamis 08.00–15.30
Jumat 08.00–11.35, 13.00–15.30
Sabtu 08.00–16.00
Minggu 08.00–16.00

No comments:

Post a Comment