Harta Karun di Purwakarta: Museum Diorama (Bale Panyawangan)

Waktu memilih tempat KKN, saya mengira kalau Purwakarta = Purwokerto. Padahal kedua dari tempat tersebut sangat berbeda. Purwakarta di Jawa Barat sedangkan Purwokerto di Jawa Tengah. Dulu saya mengira Purwokerto itu bahasa Jawa-nya dari Purwakarta. Ternyata saya salah. Maafkan nilai Geografi saya yang buruk ya. Hahaha.

Yap, saya akhirnya mengikuti KKN di Kabupaten Purwakarta. Selama sebulan penuh, saya akan menjalani kehidupan dan menjalankan beberapa kegiatan di Purwakarta. Tentu hal ini akan sangat membosankan jika saya tidak menjelajahi beberapa objek wisata yang ada di sekitar Purwakarta.

Hari-hari awal saya di Purwakarta, saya selalu menemukan tulisan "Purwakarta Istimewa" di setiap baliho lengkap dengan wajah pak Bupati Dedi Mulyadi. Saking seringnya, kata ini membuat terngiang-ngiang di kepala. Setiap ngeliat makanan saya bilang "makanan istimewa", ngeliat warung bilang "warung istimewa", ngeliat Cherrybelle bilang "Cherrybelle istimewa". Sampe-sampe saya baru tahu ternyata jargonnya Cherrybelle emang begitu.

Gara-gara kejadian itu, saya mencari di google tempat apa yang paling istimewa di Purwakarta. Setiap website yang saya kunjungi, tempat yang selalu ada adalah "Museum Diorama". Kalau saya baca reviewnya, museum ini merupakan museum digital yang mempunyai fasilitas yang sangat lengkap. Saya sih awalnya tidak percaya, masa salah satu kabupaten yang tidak terlalu besar di Jawa Barat mempunyai museum digital yang mempunyai fasilitas yang lengkap dan canggih?

Kunjungan ke Museum Diorama atau yang juga sering disebut Bale Panyawangan baru terlaksana pada tanggal 18 Agustus 2016, yaitu dua hari sebelum kepulangan KKN. Bersama tiga orang lainnya, Fika, Risqi, dan Ondo, kami berangkat setelah melaksanakan kegiatan KKN di balai desa.

Mengajak teman-teman terdekat untuk datang ke museum sudah saya lakukan sejak tahun 2014. Rasanya senang aja kalau ada teman yang tertarik untuk datang ke museum. Selain bisa bertukar dan berbagi informasi, dengan mengajak teman kita juga bisa minta tolong untuk di fotoin. Hahaha.

Serba Digital

Museum Diorama Purwakarta memang sangat beda dan menarik. Pengalaman berkunjung ke museum ini akan sangat menyenangkan tanpa melupakan sisi edukatif dari sebuah museum. Bagaimana tidak, begitu kami masuk ke dalam, sebuah monitor besar langsung disuguhkan beserta dengan teteh cantik yang menjadi tour guide-nya.


Semua benda yang ada di museum ini sepertinya memiliki harga yang sangat mahal. Museum Diorama memang berbeda. Bisa dibilang, ini merupakan museum interaktif dimana sebagian besar naskah-naskah sejarah sudah dalam bentuk yang terdigitalisasi. Misalnya saja ketika saya membaca buku besar seperti foto dibawah ini. Begitu bukunya dibuka, dari atas, sebuah infocus langsung menembakkan sinarnya sehingga buku yang awalnya kosong menjadi berisi tulisan dan gambar. Tak hanya itu, buku ini juga bisa bersuara. Jadi, kalo yang gak suka baca informasi sejarahnya, bisa hanya dengan mendengarkannya saja.

Pura-pura baca, padahal lagi dengerin

Terbagi Menjadi 9 Kisah Besar Yang Dibagi Ke-9 Ruangan

Secara garis besar, sebenarnya di museum ini terdapat berbagai informasi dari masa-masa sejarah di Indonesia. Seperti awal mulanya kerajaan sunda, masa penjajahan Belanda dan Jepang, serta masa pasca kemerdekaan. Untuk lebih detailnya, masa-masa itu dibagi ke dalam 9 kisah besar ydang dibagi ke-9 ruangan, yaitu:

1. Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana, menyajikan Sejarah Tatar Sunda.
2. Bale Prabu Niskala Wastukancana, semacam hall of fame yang menampilkan sosok para pemimpin Purwakarta
3. Bale Prabu Dewaniskala, menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC dan Hindia Belanda dalam rentang waktu tahun 1620-1799
4. Bale Prabu Ningratwangi, menyajikan Purwakarta pada masa Hindia Belanda tahun 1800-1942
5. Bale Prabu Jayaningrat, menampilkan gambaran Purwakarta pada masa pergerakan nasional dan masa pendudukan Jepang
6. Bale Prabu Ratudewata, menyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan 1945-1950, dimulai dengan Peristiwa Rengasdengklok, dan pada jaman Demokrasi Liberal tahun 1950-1959
7. Bale Prabu Nilakendra, menampilkan Purwakarta pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1967
8. Bale Prabu Surawisesa, menyajikan Purwakarta pada masa pemerintahan 1968-1998, serta Era Reformasi 1998 hingga sekarang
9. Bale Ki Pamanah Rasa, memberikan gambaran “Digjaya Purwakarta Istimewa” tahun 2008-2018.

sumber: http://www.purwakartakab.go.id/


Berkeliling Kota Purwakarta Dengan Sepeda Onthel

Bukan, bukan. Berkeliling yang dimaksud disini bukan makna yang sebenarnya. Jadi, yang dimaksud berkeliling disini kita berkeliling secara virtual melalui monitor.

Monitor akan menyala jika kita terus mendayung sepeda onthel tersebut secara konstan. Kalau berhenti, layar monitor akan meredup dan lama kelamaan akan mati. Di tempat-tempat tertentu, layar monitor akan memberikan informasi mengenai tempat tersebut. Keren sekali bukan?

Berkeliling virtual dengan sepeda onthel


Tokoh Wayang Dalam Sunda

Sebenarnya, saya tidak terlalu mengerti dalam hal pewayangan. Jadi, kata pemandunya disini itu tempat diorama tokoh wayang-wayang dalam sunda. Ada Arjuna, Bima, Hanoman, Cepot, Batara Bayu, dan lain-lain.

Kemudian, saya dan teman-teman berfoto bersama tokoh-tokoh pewayangan sunda ini. Soalnya, diorama tokohnya keren-keren!

Foto bersama dua wayang yang saya lupa namanya

Ondo dan Fika

Bisa Foto Bareng sama Pak Dedi Mulyadi

Percaya gak kalo di Museum ini kita bisa foto bareng sama Pak Bupati Dedi Mulyadi?

Jadi, ketika mau keluar dari museum, kita bisa menggunakan berbagai alat-alat virtual yang bisa membuat kita terkesima. Salah satu dari alat-alat ini membuat kita bisa foto bareng sama Pak Dedi Mulyadi. Jangan bayangkan kita foto beneran sama pak bupati ya, kita hanya foto bareng via virtual.


Selain itu, ada juga alat virtual yang bisa bikin kita seperti memakai baju kebaya. Sebenarnya ini untuk cewek sih, kebetulan saya orangnya anti-mainstream jadinya saya coba aja nih alat.


Secara keseluruhan, museum ini sangat modern dan memiliki informasi yang lengkap. Setelah berfoto-foto ria dengan Pak Dedi Mulyadi, kami pun meninggalkan Museum Diorama. Tidak terasa, kami sudah menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam di dalam. Waktu yang sebenarnya belum cukup untuk mengetahui informasi-informasi sejarah di dalam museum ini.

Setidaknya, saya sudah pernah menginjakkan kaki di museum digital paling keren yang pernah saya kunjungi. Kapan ya saya bisa datang kesini lagi? Masa iya saya harus mengulang KKN. Hahaha.

No comments:

Post a Comment